Pemuda-Pemuda di Ujung Timur
(Afdholifah Ainunia Hago)
Teman, ini cerita dari
....... Dari pulau yang punya seribu keindahan, diam terpatung pada gunung dan
lautnya. Melukiskan rasa takjub lewat decak kagum serta sorot mata tak percaya
bagi yang baru melihatnya. Cerita tentang tonggak-tonggak Indonesia. Kawan, ini
cerita tentang pemuda bangsa. Ini cerita dari ..............
Tak akan terceritakan
tentang semua sudut pemuda di sana. Ini hanya ujung kuku, ini hanya apa yang
terlihat di ...............
Satu hari akan diawali
dengan paginya. Begitupun mereka. Mereka punya mentari pagi bersinar, hanya
saja mata-mata itu selalu tertutup rapat, terbuka dengan sangat lambat. Tentu
saja waktu tak akan mau menunggu dan tetap merangkak maju. Ketika banyak yang sibuk
mencari serpihan-serpihan rupiah, hujan-hujan pagi akan pengetahuan, mereka
juga punya kesibukan : mengais mimpi dalam lelap.
Mereka
juga mengenakan seragam seperti lainnya, tetapi kebanyakan tak pernah sampai
sekolah. Hanya berseragam, sisa dari mereka akan terlihat di sudut-sudut kota.
Menghirup asap batang panjang, duduk berbincang dengan sesamanya, sungguh teman
mereka hanya membiarkan waktu terus berlari tanpa ada yang berarti. Kalian tau
angkot bukan? Mereka juga punya angkot. Kalian tau apa yang mereka lakukan
dengan alat transportasi yang satu itu? Ketika berangkat sekolah, mereka akan
menaiki satu angkot dan membiarkan sang pemegang stir membawa mereka
berkeliling kota Larantuka dengan jalan yang lurus membentang ke depan. Sampai
kapan? Sampai pantat mereka mengeluh keram dan pegal. Dan kalian tau apa teman?
Itu yang mereka sebut dengan SEKOLAH. J
Lalu kalau sudah
pulang sekolah, apa mereka tiba di rumah dengan selamat? Oh tidak teman. Mereka
punya tempat parkir sendiri. Mereka akan duduk berjam-jam di tempat yang
menyewakan PlayStation. Mengotak-atik stick dengan mata tertuju pada layar.
Seluruh konsentrasi tercurahkan hanya untuk permainan yang dimainkan.
Sampai-sampai cacing dalam perut yang berdemo habis-habisan tidak dihiraukan.
Parah bukan? J
Ketika terang berganti
gelap, ketika posisi matahari tergeser dengan kilaunya gemintang di langit,
satu persatu dari mereka mulai mencari gerombolannya. Duduk di suatu tempat
gelap dan tersembunyi. Mereka bukan sedang bersmedi atau bertapa, tetapi mereka
sedang meneguk air dari botol akan khayalan. Mengonsumsi minuman keras bukanlah
hal biasa disini. Itu hal yang sangat lumrah. Sangat wajar bahkan pantas. Lucu
memang kalau mengetahui anak yang masih dalam jangkauan sekolah, melewati malam
dengan duduk lalu mengahbiskan berbotol-botol minuman yang mempunya efek luar
biasa pada manusia. Tidak hanya itu, mereka juga terkadang memutar musik lalu
menggerakan badan tanpa rasa malu. Kenapa harus malu? Bukankah rasa yang satu
itu telah hilang dalam hitungan meneguk minuman keras? Ada lagi yang lain,
kalau sudah sangat mabuk mereka akan melangkah gontai ke jalan raya, menahan
setiap angkot yang lewat lalu apa? Apa lagi kalau bukan memalaknya. Uangnya
buat apa? Ya buat minum lagi. Semua orang juga tau, minuman setan seperti itu
punya rasa ketergantungan yang tinggi pada yang meminumnya.
Mereka juga sangat
menggemari olahraga. Tapi bukan olahraga biasa teman. Olahraga ini dinamakan
berkelahi. Ya, mereka sangat menggilai hal ini. Entah dimana bagian
menyenangkannya, padahal semua akan berujung pada luka-luka bahkan yang
dipanggil Tuhan pun tak sedikit. Ada saja yang menjadi bahan permasalahannya,
mulai dari makhluk Tuhan paling seksi nan cantik bernama wanita, saling lempar
kata, akhirnya berujung pada apa yang dinamakan tawuran. Entah antar kampung,
antar kelompok, antar sekolah, saling mengantar pun ada.
Tapi teman, setiap
manusia pasti mempunyai dua sisi. Baik dan buruk. Mereka pun begitu. Walaupun
mereka punya daftar riwayat akan keburukan, mereka juga punya sisi baik
walaupun sangat jauh dari kata sempurna. Rasa persahabatan antar satu sama lain
begitu erat sehingga sulit terkatakan. Gotong royong yang mereka lakukan kadang
membantu masyarakat sekitar untuk mengadakan suatu acara/peringatan besar di
kampung. Mereka juga sangat menyukai olahraga, olahraga sesungguhnya. Setiap
malam sering diadakan pertandingan futsal di lapangan. Bahkan tak jarang mereka
menang ketika mengalahkan klub futsal dari daerah lain.
Itulah pemuda.
Lingkungan dimana mereka tinggal sangat berperan penting akan sikap, pola
pikir, dan wawasan akan pengetahuan.
Itulah pemuda. Anak
manusia yang diselimuti rasa labil serta rasa ingin tau yang besar. Sehingga
aksi mencoba sesuatu yang baru terkadang tak pilih-pilih.
Itulah pemuda. Pemuda
yang salah akan tindakan serta etika.
Tetapi pemuda yang
sebenarnya adalah mereka yang benar-benar mengerti batas akan apa yang namanya
kebebasan. Benar-benar mengerti tentang apa yang namanya leluasa. Serta
benar-benar menghargai akan apa yang diberikan sejarah. Kemerdekaan memang dulu
pernah terjadi, namun pemuda bangsa akan terus membuatnya menjadi merdeka
setiap hari.
0 komentar:
Posting Komentar