Minggu, 03 November 2013

Pemuda-Pemuda di Ujung Timur

Diposting oleh Unknown di 05.15

Pemuda-Pemuda di Ujung Timur
(Afdholifah Ainunia Hago)

            Teman, ini cerita dari ....... Dari pulau yang punya seribu keindahan, diam terpatung pada gunung dan lautnya. Melukiskan rasa takjub lewat decak kagum serta sorot mata tak percaya bagi yang baru melihatnya. Cerita tentang tonggak-tonggak Indonesia. Kawan, ini cerita tentang pemuda bangsa. Ini cerita dari ..............
            Tak akan terceritakan tentang semua sudut pemuda di sana. Ini hanya ujung kuku, ini hanya apa yang terlihat di ...............
            Satu hari akan diawali dengan paginya. Begitupun mereka. Mereka punya mentari pagi bersinar, hanya saja mata-mata itu selalu tertutup rapat, terbuka dengan sangat lambat. Tentu saja waktu tak akan mau menunggu dan tetap merangkak maju. Ketika banyak yang sibuk mencari serpihan-serpihan rupiah, hujan-hujan pagi akan pengetahuan, mereka juga punya kesibukan : mengais mimpi dalam lelap.
            Mereka juga mengenakan seragam seperti lainnya, tetapi kebanyakan tak pernah sampai sekolah. Hanya berseragam, sisa dari mereka akan terlihat di sudut-sudut kota. Menghirup asap batang panjang, duduk berbincang dengan sesamanya, sungguh teman mereka hanya membiarkan waktu terus berlari tanpa ada yang berarti. Kalian tau angkot bukan? Mereka juga punya angkot. Kalian tau apa yang mereka lakukan dengan alat transportasi yang satu itu? Ketika berangkat sekolah, mereka akan menaiki satu angkot dan membiarkan sang pemegang stir membawa mereka berkeliling kota Larantuka dengan jalan yang lurus membentang ke depan. Sampai kapan? Sampai pantat mereka mengeluh keram dan pegal. Dan kalian tau apa teman? Itu yang mereka sebut dengan SEKOLAH. J
            Lalu kalau sudah pulang sekolah, apa mereka tiba di rumah dengan selamat? Oh tidak teman. Mereka punya tempat parkir sendiri. Mereka akan duduk berjam-jam di tempat yang menyewakan PlayStation. Mengotak-atik stick dengan mata tertuju pada layar. Seluruh konsentrasi tercurahkan hanya untuk permainan yang dimainkan. Sampai-sampai cacing dalam perut yang berdemo habis-habisan tidak dihiraukan. Parah bukan? J
            Ketika terang berganti gelap, ketika posisi matahari tergeser dengan kilaunya gemintang di langit, satu persatu dari mereka mulai mencari gerombolannya. Duduk di suatu tempat gelap dan tersembunyi. Mereka bukan sedang bersmedi atau bertapa, tetapi mereka sedang meneguk air dari botol akan khayalan. Mengonsumsi minuman keras bukanlah hal biasa disini. Itu hal yang sangat lumrah. Sangat wajar bahkan pantas. Lucu memang kalau mengetahui anak yang masih dalam jangkauan sekolah, melewati malam dengan duduk lalu mengahbiskan berbotol-botol minuman yang mempunya efek luar biasa pada manusia. Tidak hanya itu, mereka juga terkadang memutar musik lalu menggerakan badan tanpa rasa malu. Kenapa harus malu? Bukankah rasa yang satu itu telah hilang dalam hitungan meneguk minuman keras? Ada lagi yang lain, kalau sudah sangat mabuk mereka akan melangkah gontai ke jalan raya, menahan setiap angkot yang lewat lalu apa? Apa lagi kalau bukan memalaknya. Uangnya buat apa? Ya buat minum lagi. Semua orang juga tau, minuman setan seperti itu punya rasa ketergantungan yang tinggi pada yang meminumnya.
            Mereka juga sangat menggemari olahraga. Tapi bukan olahraga biasa teman. Olahraga ini dinamakan berkelahi. Ya, mereka sangat menggilai hal ini. Entah dimana bagian menyenangkannya, padahal semua akan berujung pada luka-luka bahkan yang dipanggil Tuhan pun tak sedikit. Ada saja yang menjadi bahan permasalahannya, mulai dari makhluk Tuhan paling seksi nan cantik bernama wanita, saling lempar kata, akhirnya berujung pada apa yang dinamakan tawuran. Entah antar kampung, antar kelompok, antar sekolah, saling mengantar pun ada. 
            Tapi teman, setiap manusia pasti mempunyai dua sisi. Baik dan buruk. Mereka pun begitu. Walaupun mereka punya daftar riwayat akan keburukan, mereka juga punya sisi baik walaupun sangat jauh dari kata sempurna. Rasa persahabatan antar satu sama lain begitu erat sehingga sulit terkatakan. Gotong royong yang mereka lakukan kadang membantu masyarakat sekitar untuk mengadakan suatu acara/peringatan besar di kampung. Mereka juga sangat menyukai olahraga, olahraga sesungguhnya. Setiap malam sering diadakan pertandingan futsal di lapangan. Bahkan tak jarang mereka menang ketika mengalahkan klub futsal dari daerah lain.
            Itulah pemuda. Lingkungan dimana mereka tinggal sangat berperan penting akan sikap, pola pikir, dan wawasan akan pengetahuan.
            Itulah pemuda. Anak manusia yang diselimuti rasa labil serta rasa ingin tau yang besar. Sehingga aksi mencoba sesuatu yang baru terkadang tak pilih-pilih.
            Itulah pemuda. Pemuda yang salah akan tindakan serta etika.
            Tetapi pemuda yang sebenarnya adalah mereka yang benar-benar mengerti batas akan apa yang namanya kebebasan. Benar-benar mengerti tentang apa yang namanya leluasa. Serta benar-benar menghargai akan apa yang diberikan sejarah. Kemerdekaan memang dulu pernah terjadi, namun pemuda bangsa akan terus membuatnya menjadi merdeka setiap hari.

0 komentar:

Posting Komentar

 

writing is beauty Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea