Pemuja Rahasia
(Afdholifah Ainunia Hago)
Aku sedang mencintai seseorang. Seseorang ini begitu unik, ya aku
mengatakan seperti itu karena aku menyukainya. Dia punya senyum yang khas,
tawanya apalagi, dan jidatnya mengalahkan luasnya lapangan golf. Gigi ginsulnya
serta hidung panjangnya itu membuatku semakin tertarik. Kulitnya hitam setengah
putih. Kalian bisa bayangkan itu. Aku terlalu terpesona.
Aku menyukai lelaki tampan
ini sudah 2 tahun lamanya. Kami berteman baik, dia bahkan sering sekali
menjailiku. Aku temannya dan dia bukan temanku. Dia adalah orang yang kupajang
fotonya didinding kamar, dia adalah orang yang kutulis namanya berkali-kali
kalau punya waktu senggang, dia adalah orang yag kuintip diam-diam saat
pembelajaran di kelas, dia adalah orang yang kucari saat kurasa ada yang kurang
hari itu. Dia lebih dari teman, tapi aku hanya temannya.
Sayangnya dia tak pernah
tau rasaku. Aku juga tidak pernah berusaha agar dia tau. Aku hanya memujanya,
menyukainya dalam “friend zone” kami. Aku cukup bahagia ketika hariku diisi
dengan 8 jam di sekolah dengan dirinya. Dia memang tidak memberikan perlakuan
lebih kepadaku, entah kenapa aku menyukainya lewat cinta yang tersalur oleh
pandangan pertama.
Hal yang paling menyakitkan
dalam hubungan yang tidak jelas ini adalah, ketika mengetahui bahwa dirinya
sudah ber-kekasih-ria dengan wanita lain. Sikapku akan berubah 180 derajat
seperti “Hey kamu, aku sedang ingin menjambak rambut seseorang”. Apalagi ketika
dia menceritakan dengan tawa sumringah tentang kekasihnya ini. Rasanya seperti
“aku ingin mengelus pipimu dengan tamparan tangan kanan, bagaimana?”. Tapi aku
hanya teman baginya, keleleluasaanku akan terbatas hanya sampai pada ucapan
selamat dan semoga langgeng (baca:putus). Hanya bisa duduk memandangnya tanpa bisa berbuat banyak hanya menciptakan rasa gatal di tangan. Ketika ingin mengatakan "Kau cukup tampan hari ini" dengan rasa di hati yang teratahan maka yang akan kuucapkan adalah "Rambutmu seperti bulu babi di pantai yang kehabisan air lautnya". ketika ingin mnegatakan "Sebenarnya aku menyukaimu dari dulu sejak kau berani masuk dalam hari-hariku" yang terjadi adalah "hey, maukah kita berteman selamanya?" ini parah. Aku hanya tak mengerti harus melakukan apa, hanya bisa mencuri pandang dan kata dalam waktu dan jarak yang terbilang sama.
Perasaanku dibalas? Tentu
aku ingin itu tercapai. Hanya saja aku tidak akan memaksakannya. Aku tau kamu
sedang buta sehingga tidak bisa melihatku sebagai orang yang tepat, dan suatu
saat kebutaanmu akan berakhir ketika aku congkel keluar matamu karena tak bisa
peka terhadapku. Aku ingin memendam rasa ini entah sampai kapan. Aku hanya tak
ingin merusak pertemanan kita, karena rasa cinta yang sudah tak terkendali.
Andai kamu tau, bahwa mencintai dirimu itu seperti memeluk pohon kaktus. Sakit
tapi aku terus melakukannya. Ini cinta apa akunya saja yang tolol?
“sesungguhnya
dia ada di dekatmu. Tetapi kau tak pernah menyadari itu. Dia selalu menunggumu
untuk katakan cinta. Sesungguhnya dia adalah diriku, lebih dari sekedar teman
dekatmu, berhentilah mencari karena kau tlah menemukannya”
0 komentar:
Posting Komentar