Kamis, 10 Januari 2013

Atambua.......

Diposting oleh Unknown di 04.25

SELAMAT TINGGAL
ATAMBUA KECIL NAN INDAH

PROLOG

            Mungkin bagi sebagian orang cinta terhadap kota yang dia tinggali itu tidak terlalu penting, karena mungkin kota hanya sebagai tempat untuk melakukan sebagain aktivitas dan hanya sebagai sarana tempat. Tapi, bagi seorang Afi kota yang dia tinggali bertahun-tahun lamanya itu punya cerita sendiri untuknya. Meskipun kota tercintanya itu ada di pulau yang mungkin tidak dikenali banyak orang, kota itu tetap mempunya arti tersendiri. Kisah sedih dan senang yang dilewatinya di kota itu, janji yang dia buat, orang-orang yang menyayanginya,  membuatnya mungkin tak ingin pindah apalagi diharuskan bersekolah di luar dari kota tercintanya.
            Tapi, takdir berkata lain. Saat Afi diharuskan orang tuanya untuk bersekolah di Malang, Jawa Timur, diapun bimbang. Kecintaannya terhadap kota itu dan sedikit terbesit niat di dalam hati untuk mencari pengalaman dengan bersekolah di tanah orang membuatnya berada dalam dua pilihan. Dua pilihan yang sulit untuk diputuskan oleh seorang Afi.




            Pagi itu cuacanya indah sekali. Matahari yang bersinar terang, burung-burung yang berkicau, angin pagi yang menyegarkan membuatku bersemangat sekali untuk pergi bersekolah. Dengan pakaian puih biru, dasi, dan tas punggung yang ku kenakan, ku langkahkan kaki menuju keluar kamar. Ku lihat mama, aba(panggilan untuk seorang bapak), dan adikku, Tiara sudah berada di meja makan untuk menikmati sarapan pagi. Aku pun ikut duduk dan menikmati sarapan pagi. Setelah selesai, aku aba dan tiara pamit untuk berangkat. Hari ini aba akan mengantarku dan Tiara karena katanya hari ini tidak terlalu sibuk. Aku pun berpamitan kepada mama untuk berangkat.
            Sekolahku cukup jauh, membutuhkan waktu setengah jam untuk sampai disana. Selama perjalanan aku menikmati pemandangan Atambua, sebuah kota di Provinsi kupan di Pulau NTT, kota kecil yang indah tempat segala sesuatu terjadi tentang diriku. Senang susah, ada di Atambua. Dalam perjalanan ku, ku lihat ada segerombolan anak SD yang sedang berjalan bersama menuju sekolah. Pakaian yang rapi dan hanya membawa tas samping, bahkan ku lihat ada anak yang tidak membawa tas, hanya membawa satu buah buku dan pensil. Di pemandangan lain, ku lihat ada seorang nenek yang sudah membawa tumpukan sayur yang dibungkus dengan kain yang cukup lebar untuk di jual dari satu rumah ke rumah lain. Di arah lain aku lihat ada seorang anak muda seumuranku membawa karung dan sabit untuk mencari rumput untuk memberi makan sapi-sapinya. Dalam hati aku berpikir, harusnya dia bersekolah bukan bekerja seperti itu. Bagaimana dengan masa depannya nanti. Di arah lainnnya lagi, adan seoarang anak perempuan yang mungkin satu tahun lebih muda dariku membawa ember dan berjalan dari satu rumah ke rumah lain. Pakaiiannya kumal, dan rambutnya tak beraturan. Biasanya jika ada anak yang membawa ember, berarti dia sedang mencari makanan sisa untuk diberi makan kepada babi-babi yang mereka punya.

            Yaa, mayoritas di kota kecilku ini memang bukanlah Islam. Tapi jangan salah, perbedaan yang ada di Kotaku ini tak pernah jadi masalah. Kami menghargai satu sama lain. Saling mengerti satu sama lain dalam segala hal. Ku hirup sekali lagi udara di kota kecil ini. Segar dan menyegarkan. Kotaku memang tidak sesejuk Malang, karena kotaku ini cukup dekat dengan hamparan laut biru yang sangat indah yang terkadang membuat kotaku ini menjadi sangat panas di siang hari. Tapi itulah yang menjadi ciri khas kotaku, meski panas kami punya asset indah, hamparan laut biru.
            Tak terasa akupun tiba di sekolahku, SMPN 1 Atambua. Salah satu SMP terfavorit di Atambua. Ku salim tangan kanan aba dan pamit untuk mencari ilmu. Ku langkahkan kaki menuju gerbang sekolah. Terlihat sudah banyak murid yang berdatangan. 3 Tahun belajar di sekolah ini, rasanya tidak cukup. Sekolah dan isinya membuatku selalu ingin berada di sekolah. Guru-guru yang ramah, teman-teman yang ada di saat suka dan duka, kelas yang menjadi saksi bisu pencarian ilmu, dan lainnya. Meski sekolahku tidak sebagus sekolah-sekolah di luar, tapi murid-murid disini juga tak kalah pintar dan kreativitasnya.
            Hari ini tidak aka nada proses pembelajaran untuk siswa kelass tiga, karena Ujian Nasional telag dilewati tinggal menunggu hasilnya saja. Aku dan teman-teman kelaspun duduk dan bercertita. Tertawa ketika mengingat semua kejadian lucu yang kami lewati dulu, menangis ketika bercertita kembali tentang semua pengalaman sedih kami yang terjadi di kelas, ahh SMPku, penuh sekali dengan ribuan kisah yang tak bisa ku ceritakan satu persatu. Tiba-tiba saja panggilan dari kepala sekolah menyuruh seluruh kelas tiga untuk berbarispun mengagetkanku. Ternyata ada pengumuman, dua hari lagi kami akan mendengar hasil dari jerih payah kami selama bertahun-tahun. Hari itu juga diadakan acara perpisahan untuk kami. Ada yang membacakan puisi yang membuat aku menangis, ada yang menyumbangkan lagu untuk kelas tiga, ada pidato dari guru yang memotivasi kami untu terus maju, dan diakhiri dengan acara bersalam-salaman untuk meminta maaf dan berterimakasih kepada guru-guru dan adik-adik kelas atas semua perbuatan selama ini.

2 hari kemudian
LULUS !!

            Tangis dan tawa bercampur dihari itu. Bagaimana tidak, akhirnya kepala sekolah mengumumkan bahwa di sekolahku 100% LULUS. Terikan gembira pun terdengar di sudut-sudut sekolah yang hanya akan tinggal kenangan. Betapa bahagianya aku, karena usahaku selama ini membuahkan hasil yang memuaskan.
            Saat tiba di rumah, aba dan mama memberi ucapan selamat kepadaku. Begitu juga para tetangga yang sudah kuanggap keluarga, mereka berharap aku bisa menjadi yang terbaik untuk orang-orang yang menyayangiku. Tapi, hari itu juga kebimbangan datang. Mama dan aba-aba yang tiba-tiba mengajakku ke kamar untuk mengobrol serius membuatku sedikit takut.

Malang.
Aku akan bersekolah di Malang.

            Kaget. Benar-benar kaget. Mama memintaku untuk bersekolah di Malang. Mama menginginkan aku untuk bisa bersekolah di sekolah yang bagus, dan mama menginginkan aku untuk bisa hidup mandiri. Bayangkan, aku akan meninggalkan tanah kelahiranku, kota yang paling aku cintai, kota yang penuh dengan tawa dan tangis. Sungguh awalnya aku menolak karena aku sudah berjanji dengan teman-teman kelasku untuk bersekolah di tempat yang sama di Atambua. Tapi, dalam hati aku juga ingin bersekolah di sekolah yang bagus dan mencari pengalaman, dan bisa menjadi mandiri. Bingung, sungguh-sungguh bingung. Tapi setelah ku pikir-pikir mungkin tidak ada salahnya aku bersekolah di Malang. Toh, aku hanya akan meninggalkan kota kecilku ini hanya untuk sementara. Dan aku juga berniat, jika aku sudah sukses nanti akan ku bangun Atambua menjadi kota yang maju dan di kenal banyak orang. Tak ada salahnya aku mencoba.
            Hari-hari terakhir di Atambua, aku habiskan dengan orang-orang yang akan kutinggal dalam waktu yang lama. Aku sering ke sekolah hanya untuk bertemu dengan guru-guru dan meminta nasihat mereka. Aku sering pergi dan menghabiskan waktu dengan teman-teman yang aku sayangi. Aku sering pergi berjalan-jalan keliling Atambua untuk mengingat setiap inci dari kota kecilku itu. Janjiku, jika aku sudah sukses nanti, aku akan menjadikan Atambua kota yang akan dicintai setiap orang dan akan dibanggakan oleh setiap orang. Selamat tinggal Atambua, aku tak akan melupakanmu dan isinya.

 


EPILOG
Memang tidak mudah untuk meninggalkan kota yang begitu dicintai oleh seorang Afi. Apalagi kota itu penuh dengan kenangan sedih dan senangnya. Tapi dengan niat yang kuat untuk belajar mencari ilmu dan bertekad untuk mengubah Atambua menjadi lebih baik, Afi pun berangkat. Kota yang indah, kota yang penuh kenangan, kota kecil yang akan selalu di Ingat oleh seorang Afi.

0 komentar:

Posting Komentar

 

writing is beauty Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea