Rabu, 27 November 2013

Pembohong

Diposting oleh Unknown di 17.33 0 komentar

“PEMBOHONG”
Afdholifah Ainunia Hago

Hatiku dilanda ragu
Memandang bocah kecil ini berwajah pilu
Nyanyian sumbangnya terus saja melaju
Sambil menadahkan tangan tersenyum palsu

Ku putar balik memori sejenak
Membuka lembaran ingatan akan orang jahat
Rupanya orang-orang besar itu sedang menyamar
Dengan dasi dan jas megah menggantung di badan

“Sekolah akan gratis saudara-saudara”
“Kemiskinan akan lenyap dari negri Indonesia”
“Rumah layak huni tersebar di mana-mana”
“kesehatan bukan milik orang berduit saja”

Berkoar koar!
Menebar janji palsu!
Harapan kosong kau sebar-sebar!
Tanpa pandang rasa, kami terinjak

Uang kami kau makan tanpa beban
Perutmu semakin besar dan kami mati kelaparan
Kau kaya lalu sejahtera
Kami miskin lagi sekarat

Aku sering mendengar Ibu Pertiwi menangis setiap hari
Melihat merdeka sudah tenggalam tak timbul lagi
Teriris hati Ibu Pertiwi
Menyadari pemimpin negri sudah tak punya hati lagi

Selasa, 26 November 2013

Selamat Datang "Lagi"

Diposting oleh Unknown di 19.16 0 komentar

Selamat Datang “Lagi”
Afdholifah Ainunia Hago

     Hari ini akhir November datang lagi. Seperti biasa, hujan membasahi tanah, menghadirkan aroma khas hujan. Bunga yang kukarang sendiri namanya “Bunga desember”, sudah mulai sibuk menghias diri, menyambut Desember.
     Selamat datang lagi Bunga Desember.
     2 Tahun lalu, hari ini adalah hari dimana aku mengantarmu ke Stasiun kereta. Membawakan sekotak bekal yang isinya pepes ikan bakar kesukaanmu. Kamu bilang, kamu harus pergi lagi karena liburan yang singkat ini sudah berakhir, dan  berjani untuk pulang lagi tahun depan. Menghabiskan 2 minggu yang kesekian kalinya bersama-sama, sambil menyusuri tanah basah dan memetik bunga Desember kita. Kamu mengelus rambutku lembut kemudian memainkan rambut kepangku dan berkata,”Kamu selalu cantik dengan rambut seperti ini”. Aku yang sudah sering sekali mendengarmu berkata begitu, tetap saja akan memancarkan rona merah pipi.
     Sembari menunggu kereta yang akan membawamu ke kota Metropolitan, kamu mngajakku duduk di kursi panjang sambil mencicipi pepes ikan bakar. Aku sudah menegurmu untuk tidak menghabiskannya sekarang, tetap saja kamu keras kepala dan ingin memakannya sekarang. Kamu bilang pepes ini terasa sangat enak jika dimakan sambil menatap wajahku. Betapa gombalan klasikmu itu sungguh buat aku hanya bisa mengangguk malu.
     “Tapi mas, nanti di kereta kamu bisa kelaparan”.
     “Lebih baik aku kelaparan di kereta, daripada menghabiskan pepes ini dengan rasa yang hambar”.
     “Kamu ini mas, selalu saja seperti itu”
     “Aku akan selalu seperti ini, dik. Sampai aku tidak bisa melakukannya lagi.”
     “Maksudmu mas?”
     “Sudah lupakan saja. Habiskan saja pepes ikan bakar ini denganku”.
     Kemudian kamu mengambil sesuatu dari belakang punggungmu, ternyata itu bunga desember. Sambil mengelus rambutku, lagi, kamu memberikannya.
     “Dik, ini bunga desember yang entah keberapa kalinya ku berikan padamu. Kamu tau kenapa bunga desember itu indah?”
     Aku yang tak mengerti maksudmu hanya bisa mengangguk polos.
     “Dik, bunga desember ini selalu tumbuh di akhir November. Dalam cuaca yang terbilang cukup tidak bersahabat, dia berusaha sekuat tenaga untuk muncul. Walaupun hujan turun setiap saat, dia tidak pernah takut untuk terus tumbuh menantang hujan.”
     Kemudian kamu memandang lurus ke depan sambil tersenyum.
     “Bunga desember ini akan tumbuh sangat indah, hanya untuk menyambut sang desember. Dia bahkan mencurti start untuk memproses keindahannya di akhir November.”
     Behenti sebentar kemudian memandang wajahku lembut kemudian berkata, “Jadi dik, untuk menghadapi sesuatu yang baru, butuh proses yang panjang. Bagaimanapun kondisi disekitarmu, suasana hatimu, proses itu harus terus berjalan. Menyambut sesuatu yang baru memang tidak mudah. Sesuatu yang baru itu hanya harus dijalani, untuk terus menikmati hidup”.
     Kereta yang akan membawamu itu sudah tiba. Keningku kamu kecup lembut. Kemudian memelukku sangat hangat. Melambaikan tangan sangat berbeda seperti lainnya. Kereta kupandangai hingga hilang dari jangkauan.
     “Aku menunggumu mas, menunggu untuk mendengar cerita bunga desember lagi”.

“Kecelakaan kereta jurusan Malang-Jakarta menewasakan seluruh penumpang beserta masinisnya. Kereta tersebut hancur setelah mengalami tabrakan beruntun dari kereta arah berlawanan..............

Hargailah Mereka :)

Diposting oleh Unknown di 01.54 0 komentar

Rabu, 20 November 2013

Pemuja Rahasia

Diposting oleh Unknown di 16.05 0 komentar

Pemuja Rahasia
(Afdholifah Ainunia Hago)

      Aku sedang mencintai seseorang. Seseorang ini begitu unik, ya aku mengatakan seperti itu karena aku menyukainya. Dia punya senyum yang khas, tawanya apalagi, dan jidatnya mengalahkan luasnya lapangan golf. Gigi ginsulnya serta hidung panjangnya itu membuatku semakin tertarik. Kulitnya hitam setengah putih. Kalian bisa bayangkan itu. Aku terlalu terpesona.
     Aku menyukai lelaki tampan ini sudah 2 tahun lamanya. Kami berteman baik, dia bahkan sering sekali menjailiku. Aku temannya dan dia bukan temanku. Dia adalah orang yang kupajang fotonya didinding kamar, dia adalah orang yang kutulis namanya berkali-kali kalau punya waktu senggang, dia adalah orang yag kuintip diam-diam saat pembelajaran di kelas, dia adalah orang yang kucari saat kurasa ada yang kurang hari itu. Dia lebih dari teman, tapi aku hanya temannya.
     Sayangnya dia tak pernah tau rasaku. Aku juga tidak pernah berusaha agar dia tau. Aku hanya memujanya, menyukainya dalam “friend zone” kami. Aku cukup bahagia ketika hariku diisi dengan 8 jam di sekolah dengan dirinya. Dia memang tidak memberikan perlakuan lebih kepadaku, entah kenapa aku menyukainya lewat cinta yang tersalur oleh pandangan pertama.    
     Hal yang paling menyakitkan dalam hubungan yang tidak jelas ini adalah, ketika mengetahui bahwa dirinya sudah ber-kekasih-ria dengan wanita lain. Sikapku akan berubah 180 derajat seperti “Hey kamu, aku sedang ingin menjambak rambut seseorang”. Apalagi ketika dia menceritakan dengan tawa sumringah tentang kekasihnya ini. Rasanya seperti “aku ingin mengelus pipimu dengan tamparan tangan kanan, bagaimana?”. Tapi aku hanya teman baginya, keleleluasaanku akan terbatas hanya sampai pada ucapan selamat dan semoga langgeng (baca:putus). Hanya bisa duduk memandangnya tanpa bisa berbuat banyak hanya menciptakan rasa gatal di tangan. Ketika ingin mengatakan "Kau cukup tampan hari ini" dengan rasa di hati yang teratahan maka yang akan kuucapkan adalah "Rambutmu seperti bulu babi di pantai yang kehabisan air lautnya". ketika ingin mnegatakan "Sebenarnya aku menyukaimu dari dulu sejak kau berani masuk dalam hari-hariku" yang terjadi adalah "hey, maukah kita berteman selamanya?" ini parah. Aku hanya tak mengerti harus melakukan apa, hanya bisa mencuri pandang dan kata dalam waktu dan jarak yang terbilang sama.
     Perasaanku dibalas? Tentu aku ingin itu tercapai. Hanya saja aku tidak akan memaksakannya. Aku tau kamu sedang buta sehingga tidak bisa melihatku sebagai orang yang tepat, dan suatu saat kebutaanmu akan berakhir ketika aku congkel keluar matamu karena tak bisa peka terhadapku. Aku ingin memendam rasa ini entah sampai kapan. Aku hanya tak ingin merusak pertemanan kita, karena rasa cinta yang sudah tak terkendali. Andai kamu tau, bahwa mencintai dirimu itu seperti memeluk pohon kaktus. Sakit tapi aku terus melakukannya. Ini cinta apa akunya saja yang tolol?

      “sesungguhnya dia ada di dekatmu. Tetapi kau tak pernah menyadari itu. Dia selalu menunggumu untuk katakan cinta. Sesungguhnya dia adalah diriku, lebih dari sekedar teman dekatmu, berhentilah mencari karena kau tlah menemukannya”

Kamis, 07 November 2013

Hallo Masa Lalu

Diposting oleh Unknown di 21.48 0 komentar


Hallo Masa Lalu
(Afdholifah Ainunia Hago)

            Halo masa lalu. Bagaimana kabarmu? Sehat-sehat sajakah ? Dan apakah dirimu sudah move on dari cinta lalu kita? Maaf aku hadir kembali dalam cerita hari-harimu, sebab Tuhan mengirimmu dalam mimpiku lalu membimbingku untuk menemuimu lagi. Susah ku tahan, sebab hatiku memaksa untuk memuaskan rasa rindu yang tertahan terlalu lama.
            Kulihat di facebook kamu sering sekali muncul. Sepertinya seorang wanita berhasil memikat hatimu. Entah siapa, tapi dilihat dari semua status facebookmu kamu begitu menginginkannya, kamu begitu berhasrat untuk memilikinya. Bisa kupastikan betapa bahagianya dirimu akan “wanita barumu” yang sedang kau usahakan itu.
            Jadi sekarang aku menjadi mata-mata. Entah kenapa aku terus mengikuti update terbarumu di facebook. Ada status yang mengatakan betapa bahagia dirimu mendapat telpon darinya, obrolan panjang kalian, ucapan selamat pagi, sedang apa, bagaimana dirimu mati-matian mengejarnya dan beragam cerita lainnya yang aku sendiri tak mau mengingatnya. Apa aku cemburu? Sayangnya, iya aku cemburu walau aku tau sudah tak pantas lagi merasakannya.
            Dulu aku begitu mencintaimu. Kita memang berpacaran, tapi tak kusangka semua tindakanmu dalam hubungan kita menuliskan bahwa aku tak mendapat balasan rasa yang setimpal.  Ketika aku berusaha mengsms dirimu yang ku dapat “tak ada balasan”. Ketika  aku berusaha menghubungimu lewat telepon, respon yang kudapat begitu datar. Kau bahkan tak berusaha mencari tau kabarku, bagaimana hariku, tak pernah sebaliknya. Bahkan aku selalu menahan rasa rindu untukmu, karena “maaf aku masih sibuk”. Aku memperjuangkanmu, tetapi kamu mengabaikanku. Tidak ada yang tau, kamu pernah memikirkanku atau tidak. Kalau orang-orang melihat hubungan kita seperti, aku mencintaimu tapi kamu berlari menjauh. Sepertinya langkahmu menjadi terseok-seok karena aku bergantung padanya.
            Apa cintamu hanya untuk “hari pertama” saja? Ya mungkin begitu. Jadi kuputuskan untuk melepasmu. Aku melepasmu dengan tujuan agar kau bahagia. Agar langkahmu kembali sempurna, tanpa beban, tanpa aku. Lihat sekarang? Kau bahkan sedang menggebu-gebu untuk mendapatkan wanita itu. Aku bersyukur karena tindakanku tak salah. Aku tak pernah menyesal membiarkanmu masuk dalam kehidupanku, dan tak pernah menyesal juga karena melepaskanmu dari hidupku. Berbahagialah masa laluku, karena bahagiamu kuyakin bukan diriku.
           
           
           

Senin, 04 November 2013

Tutorial Membuat Navigasi

Diposting oleh Unknown di 22.21 0 komentar

Minggu, 03 November 2013

Pemuda-Pemuda di Ujung Timur

Diposting oleh Unknown di 05.15 0 komentar

Pemuda-Pemuda di Ujung Timur
(Afdholifah Ainunia Hago)

            Teman, ini cerita dari ....... Dari pulau yang punya seribu keindahan, diam terpatung pada gunung dan lautnya. Melukiskan rasa takjub lewat decak kagum serta sorot mata tak percaya bagi yang baru melihatnya. Cerita tentang tonggak-tonggak Indonesia. Kawan, ini cerita tentang pemuda bangsa. Ini cerita dari ..............
            Tak akan terceritakan tentang semua sudut pemuda di sana. Ini hanya ujung kuku, ini hanya apa yang terlihat di ...............
            Satu hari akan diawali dengan paginya. Begitupun mereka. Mereka punya mentari pagi bersinar, hanya saja mata-mata itu selalu tertutup rapat, terbuka dengan sangat lambat. Tentu saja waktu tak akan mau menunggu dan tetap merangkak maju. Ketika banyak yang sibuk mencari serpihan-serpihan rupiah, hujan-hujan pagi akan pengetahuan, mereka juga punya kesibukan : mengais mimpi dalam lelap.
            Mereka juga mengenakan seragam seperti lainnya, tetapi kebanyakan tak pernah sampai sekolah. Hanya berseragam, sisa dari mereka akan terlihat di sudut-sudut kota. Menghirup asap batang panjang, duduk berbincang dengan sesamanya, sungguh teman mereka hanya membiarkan waktu terus berlari tanpa ada yang berarti. Kalian tau angkot bukan? Mereka juga punya angkot. Kalian tau apa yang mereka lakukan dengan alat transportasi yang satu itu? Ketika berangkat sekolah, mereka akan menaiki satu angkot dan membiarkan sang pemegang stir membawa mereka berkeliling kota Larantuka dengan jalan yang lurus membentang ke depan. Sampai kapan? Sampai pantat mereka mengeluh keram dan pegal. Dan kalian tau apa teman? Itu yang mereka sebut dengan SEKOLAH. J
            Lalu kalau sudah pulang sekolah, apa mereka tiba di rumah dengan selamat? Oh tidak teman. Mereka punya tempat parkir sendiri. Mereka akan duduk berjam-jam di tempat yang menyewakan PlayStation. Mengotak-atik stick dengan mata tertuju pada layar. Seluruh konsentrasi tercurahkan hanya untuk permainan yang dimainkan. Sampai-sampai cacing dalam perut yang berdemo habis-habisan tidak dihiraukan. Parah bukan? J
            Ketika terang berganti gelap, ketika posisi matahari tergeser dengan kilaunya gemintang di langit, satu persatu dari mereka mulai mencari gerombolannya. Duduk di suatu tempat gelap dan tersembunyi. Mereka bukan sedang bersmedi atau bertapa, tetapi mereka sedang meneguk air dari botol akan khayalan. Mengonsumsi minuman keras bukanlah hal biasa disini. Itu hal yang sangat lumrah. Sangat wajar bahkan pantas. Lucu memang kalau mengetahui anak yang masih dalam jangkauan sekolah, melewati malam dengan duduk lalu mengahbiskan berbotol-botol minuman yang mempunya efek luar biasa pada manusia. Tidak hanya itu, mereka juga terkadang memutar musik lalu menggerakan badan tanpa rasa malu. Kenapa harus malu? Bukankah rasa yang satu itu telah hilang dalam hitungan meneguk minuman keras? Ada lagi yang lain, kalau sudah sangat mabuk mereka akan melangkah gontai ke jalan raya, menahan setiap angkot yang lewat lalu apa? Apa lagi kalau bukan memalaknya. Uangnya buat apa? Ya buat minum lagi. Semua orang juga tau, minuman setan seperti itu punya rasa ketergantungan yang tinggi pada yang meminumnya.
            Mereka juga sangat menggemari olahraga. Tapi bukan olahraga biasa teman. Olahraga ini dinamakan berkelahi. Ya, mereka sangat menggilai hal ini. Entah dimana bagian menyenangkannya, padahal semua akan berujung pada luka-luka bahkan yang dipanggil Tuhan pun tak sedikit. Ada saja yang menjadi bahan permasalahannya, mulai dari makhluk Tuhan paling seksi nan cantik bernama wanita, saling lempar kata, akhirnya berujung pada apa yang dinamakan tawuran. Entah antar kampung, antar kelompok, antar sekolah, saling mengantar pun ada. 
            Tapi teman, setiap manusia pasti mempunyai dua sisi. Baik dan buruk. Mereka pun begitu. Walaupun mereka punya daftar riwayat akan keburukan, mereka juga punya sisi baik walaupun sangat jauh dari kata sempurna. Rasa persahabatan antar satu sama lain begitu erat sehingga sulit terkatakan. Gotong royong yang mereka lakukan kadang membantu masyarakat sekitar untuk mengadakan suatu acara/peringatan besar di kampung. Mereka juga sangat menyukai olahraga, olahraga sesungguhnya. Setiap malam sering diadakan pertandingan futsal di lapangan. Bahkan tak jarang mereka menang ketika mengalahkan klub futsal dari daerah lain.
            Itulah pemuda. Lingkungan dimana mereka tinggal sangat berperan penting akan sikap, pola pikir, dan wawasan akan pengetahuan.
            Itulah pemuda. Anak manusia yang diselimuti rasa labil serta rasa ingin tau yang besar. Sehingga aksi mencoba sesuatu yang baru terkadang tak pilih-pilih.
            Itulah pemuda. Pemuda yang salah akan tindakan serta etika.
            Tetapi pemuda yang sebenarnya adalah mereka yang benar-benar mengerti batas akan apa yang namanya kebebasan. Benar-benar mengerti tentang apa yang namanya leluasa. Serta benar-benar menghargai akan apa yang diberikan sejarah. Kemerdekaan memang dulu pernah terjadi, namun pemuda bangsa akan terus membuatnya menjadi merdeka setiap hari.
 

writing is beauty Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea