Selamat Datang “Lagi”
Afdholifah Ainunia Hago
Hari ini akhir November
datang lagi. Seperti biasa, hujan membasahi tanah, menghadirkan aroma khas
hujan. Bunga yang kukarang sendiri namanya “Bunga desember”, sudah mulai sibuk
menghias diri, menyambut Desember.
Selamat datang lagi Bunga Desember.
2 Tahun lalu, hari ini
adalah hari dimana aku mengantarmu ke Stasiun kereta. Membawakan sekotak bekal
yang isinya pepes ikan bakar kesukaanmu. Kamu bilang, kamu harus pergi lagi
karena liburan yang singkat ini sudah berakhir, dan berjani untuk pulang lagi tahun depan. Menghabiskan
2 minggu yang kesekian kalinya bersama-sama, sambil menyusuri tanah basah dan
memetik bunga Desember kita. Kamu mengelus rambutku lembut kemudian memainkan rambut
kepangku dan berkata,”Kamu selalu cantik dengan rambut seperti ini”. Aku yang
sudah sering sekali mendengarmu berkata begitu, tetap saja akan memancarkan
rona merah pipi.
Sembari menunggu kereta
yang akan membawamu ke kota Metropolitan, kamu mngajakku duduk di kursi panjang
sambil mencicipi pepes ikan bakar. Aku sudah menegurmu untuk tidak
menghabiskannya sekarang, tetap saja kamu keras kepala dan ingin memakannya
sekarang. Kamu bilang pepes ini terasa sangat enak jika dimakan sambil menatap
wajahku. Betapa gombalan klasikmu itu sungguh buat aku hanya bisa mengangguk
malu.
“Tapi mas, nanti di kereta
kamu bisa kelaparan”.
“Lebih baik aku kelaparan
di kereta, daripada menghabiskan pepes ini dengan rasa yang hambar”.
“Kamu ini mas, selalu saja
seperti itu”
“Aku akan selalu seperti
ini, dik. Sampai aku tidak bisa melakukannya lagi.”
“Maksudmu mas?”
“Sudah lupakan saja.
Habiskan saja pepes ikan bakar ini denganku”.
Kemudian kamu mengambil
sesuatu dari belakang punggungmu, ternyata itu bunga desember. Sambil mengelus
rambutku, lagi, kamu memberikannya.
“Dik, ini bunga desember
yang entah keberapa kalinya ku berikan padamu. Kamu tau kenapa bunga desember
itu indah?”
Aku yang tak mengerti
maksudmu hanya bisa mengangguk polos.
“Dik, bunga desember ini
selalu tumbuh di akhir November. Dalam cuaca yang terbilang cukup tidak
bersahabat, dia berusaha sekuat tenaga untuk muncul. Walaupun hujan turun
setiap saat, dia tidak pernah takut untuk terus tumbuh menantang hujan.”
Kemudian kamu memandang lurus
ke depan sambil tersenyum.
“Bunga desember ini akan
tumbuh sangat indah, hanya untuk menyambut sang desember. Dia bahkan mencurti
start untuk memproses keindahannya di akhir November.”
Behenti sebentar kemudian
memandang wajahku lembut kemudian berkata, “Jadi dik, untuk menghadapi sesuatu
yang baru, butuh proses yang panjang. Bagaimanapun kondisi disekitarmu, suasana
hatimu, proses itu harus terus berjalan. Menyambut sesuatu yang baru memang
tidak mudah. Sesuatu yang baru itu hanya harus dijalani, untuk terus menikmati
hidup”.
Kereta yang akan membawamu
itu sudah tiba. Keningku kamu kecup lembut. Kemudian memelukku sangat hangat.
Melambaikan tangan sangat berbeda seperti lainnya. Kereta kupandangai hingga
hilang dari jangkauan.
“Aku menunggumu mas,
menunggu untuk mendengar cerita bunga desember lagi”.
“Kecelakaan kereta jurusan
Malang-Jakarta menewasakan seluruh penumpang beserta masinisnya. Kereta
tersebut hancur setelah mengalami tabrakan beruntun dari kereta arah berlawanan..............